Letaknya
hanya 30 menit dari pusat kota Jayapura, tepatnya di wilayah distrik
Entrop. Peternakan ini sebenarnya dimiliki oleh sebuah perusahaan
perdagangan yang cukup besar di Jayapura. Salah satu perdagangan yang
dilakukan perusahaan ini adalah perdagangan buaya, baik itu kulitnya
atau dagingnya. Hewan buaya memang dilindungi di Indonesia, namun
perusahaan ini memiliki izin resmi dari pemerintah daerah dengan catatan
harus mampu mengembangbiakkannya. Dari hasil perjanjian ini, maka kita
dapat mengetahui sebab berdirinya peternakan dan penangkaran buaya di
Entrop ini.
Memasuki wilayah penangkaran, hal pertama yang
terlihat adalah petak-petak kolam yang cukup banyak. Sekitar 40 kolam
besar terlihat berjajar rapih dengan beberapa kolam kecil di sekitarnya.
Namun, kolam yang berfungsi hanya sekitar 20 kolam dan sisanya sedang
dalam perbaikan. Setiap kolam berisi sekitar 200-300 ekor buaya yang
dipisahkan sesuai ukurannya dan secara keseluruhan ada sekitar 5000 ekor
buaya di tempat ini. Pemisahan ini perlu dilakukan untuk memudahkan
pengelompokkan buaya yang sudah layak dijual, karena ukuran yang boleh
diperdagangkan harus lebih dari 12 inci.
Buaya yang
dikembangbiakkan di tempat ini adalah buaya yang berasal dari sungai
Mamberamo. Perusahaan dagang pemilik peternakan ini bekerjasama dengan
sejumlah masyarakat setempat yang memang sudah mulai berburu buaya sejak
nenek moyang mereka. Perusahaan biasanya akan membeli indukan buaya dan
mulai mengembangbiakkannya di tempat ini. Ada dua jenis buaya yang
diternakan, yaitu Crocodylus Kokoreo yang berasal dari muara sungai dan
Crocodylus Nvajuni yang berasal dari Papua Nugini. Kedua jenis ini
merupakan buaya besar yang dapat berkembang hingga berukuran 10 meter
panjangnya.
Berbicara mengenai ukuran, buaya yang boleh
diperdagangkan adalah buaya yang sudah besar dan berukuran lebih dari 12
inci. Setiap inci dari buaya ini akan dihargai sekitar Rp. 30.000
ketika sudah masuk bursa penjualan buaya. Oleh karena itu, semakin
panjang dan besar buaya akan semakin mahal juga harga yang dikenakan.
Para pembeli kebanyakan adalah pengrajin kerajinan kulit buaya, sehingga
mereka membeli buaya-buaya ini hanya untuk diambil kulitnya. Selain
itu, buaya ini pun dibeli untuk diambil dagingnya untuk dibuat abon,
dendeng atau sate. Uniknya, bagian pangkur buaya juga banyak dibeli
terutama oleh para kaum pria karena dipercaya merupakan obat kuat yang
sangat berkhasiat.
Penangkaran buaya di Entrop tidak hanya
berfungsi sebagai penunjang aktifitas perdagangan perusahaan yang
memilikinya saja. Tempat ini juga telah menjadi salah satu obyek wisata
yang menarik untuk dikunjungi bagi para wisawatan. Selain dapat mengenal
lebih jauh lagi tentang buaya yang banyak sekali ditemukan di Papua,
para wisatawan juga dapat membeli berbagai produk yang berbahan dasar
buaya.
(@phosphone / Indonesia Kaya)
(@phosphone / Indonesia Kaya)
Jayapura adalah sebuah kota besar
yang sudah dikenal cukup modern. Berbagai bangunan besar dan
gedung-gedung tinggi pun mulai bermunculan di kota ini. Jumlah penduduk
pun terus berkembang seiring semakin majunya perekonomian. Namun, siapa
sangka di tengah modernisasi di Jayapura terdapat sebuah peternakan yang
mengembangbiakkan hewan luar biasa. Tempat ini adalah sebuah peternakan
sekaligus penangkaran buaya.
Letaknya hanya 30 menit dari pusat
kota Jayapura, tepatnya di wilayah distrik Entrop. Peternakan ini
sebenarnya dimiliki oleh sebuah perusahaan perdagangan yang cukup besar
di Jayapura. Salah satu perdagangan yang dilakukan perusahaan ini adalah
perdagangan buaya, baik itu kulitnya atau dagingnya. Hewan buaya memang
dilindungi di Indonesia, namun perusahaan ini memiliki izin resmi dari
pemerintah daerah dengan catatan harus mampu mengembangbiakkannya. Dari
hasil perjanjian ini, maka kita dapat mengetahui sebab berdirinya
peternakan dan penangkaran buaya di Entrop ini.
Memasuki wilayah
penangkaran, hal pertama yang terlihat adalah petak-petak kolam yang
cukup banyak. Sekitar 40 kolam besar terlihat berjajar rapih dengan
beberapa kolam kecil di sekitarnya. Namun, kolam yang berfungsi hanya
sekitar 20 kolam dan sisanya sedang dalam perbaikan. Setiap kolam berisi
sekitar 200-300 ekor buaya yang dipisahkan sesuai ukurannya dan secara
keseluruhan ada sekitar 5000 ekor buaya di tempat ini. Pemisahan ini
perlu dilakukan untuk memudahkan pengelompokkan buaya yang sudah layak
dijual, karena ukuran yang boleh diperdagangkan harus lebih dari 12
inci.
Buaya yang dikembangbiakkan di tempat ini adalah buaya yang
berasal dari sungai Mamberamo. Perusahaan dagang pemilik peternakan ini
bekerjasama dengan sejumlah masyarakat setempat yang memang sudah mulai
berburu buaya sejak nenek moyang mereka. Perusahaan biasanya akan
membeli indukan buaya dan mulai mengembangbiakkannya di tempat ini. Ada
dua jenis buaya yang diternakan, yaitu Crocodylus Kokoreo yang berasal
dari muara sungai dan Crocodylus Nvajuni yang berasal dari Papua Nugini.
Kedua jenis ini merupakan buaya besar yang dapat berkembang hingga
berukuran 10 meter panjangnya.
Berbicara mengenai ukuran, buaya
yang boleh diperdagangkan adalah buaya yang sudah besar dan berukuran
lebih dari 12 inci. Setiap inci dari buaya ini akan dihargai sekitar Rp.
30.000 ketika sudah masuk bursa penjualan buaya. Oleh karena itu,
semakin panjang dan besar buaya akan semakin mahal juga harga yang
dikenakan. Para pembeli kebanyakan adalah pengrajin kerajinan kulit
buaya, sehingga mereka membeli buaya-buaya ini hanya untuk diambil
kulitnya. Selain itu, buaya ini pun dibeli untuk diambil dagingnya untuk
dibuat abon, dendeng atau sate. Uniknya, bagian pangkur buaya juga
banyak dibeli terutama oleh para kaum pria karena dipercaya merupakan
obat kuat yang sangat berkhasiat.
Penangkaran buaya di Entrop
tidak hanya berfungsi sebagai penunjang aktifitas perdagangan perusahaan
yang memilikinya saja. Tempat ini juga telah menjadi salah satu obyek
wisata yang menarik untuk dikunjungi bagi para wisawatan. Selain dapat
mengenal lebih jauh lagi tentang buaya yang banyak sekali ditemukan di
Papua, para wisatawan juga dapat membeli berbagai produk yang berbahan
dasar buaya
Sumber : www.indonesiakaya.com
0 komentar:
Posting Komentar