Kedua
patung Pahlawan Nasional berdarah Minahasa ini berada dalam sebuah
taman yang diapit oleh Jalan Bethesda dan Jalan Pierre Tendean. Jasa
mereka layak dikenang karena membantu Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan dan menjaga keutuhan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila
dalam pemberontakan PKI di tahun 1965.
Sejarah
mencatat, nama Robert Wolter Monginsidi kelahiran Malayang, tahun 1925,
ini merupakan pencetus gerakan Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia
Sulawesi (LAPRIS). Bersama pejuang lainnya, Wolter Monginsidi berjuang
melawan penjajah Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Namun
dirinya ditangkap dan berhasil melarikan diri kemudian ditangkap kembali
oleh Belanda. Wolter Monginsidi akhirnya dihukum tembak mati pada 5
September 1949 di Pacinang, Makassar, Sulawesi Selatan, pada usia 24
tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Makassar.
Sementara
itu, Pierre Tendean merupakan ajudan Jendral Abdul Harris Nasution yang
menjabat sebagai Menko Hankam/Kepala Staf ABRI pada jaman Presiden
Soekarno. Ia mengaku sebagai Nasution demi menyelamatkan atasannya.
Pierre Tendean pun ditembak mati dan jasadnya dimasukkan ke dalam lubang
yang terkenal dengan sebutan Lubang Buaya. Pahlawan yang baru berumur
26 tahun ketika gugur ini, dianugrahi gelar kehormatan Pahlawan Revolusi
dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Pembangunan
monumen ini dilakukan pada tahun 1986 oleh Tri Sutrisno yang menjabat
Kepala staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan darat pada saat itu.
Bentuk taman dengan relief yang terletak dibagian belakang menceritakan
perjuangan Wolter Monginsidi dan Pierre Tendean menjadi pelengkap
bagaimana Pemerintah mengenang jasa Pahlawan Nasional kita ini.
Sumber : www.indonesiakaya.com
0 komentar:
Posting Komentar