Atas kebijaksanaan dan ilmu agama
yang kuat, beberapa orang menganggap Sultan Bungkul merupakan sesepuh
dari wali songo, sembilan wali yang turut menyebarkan Islam di Pulau
Jawa. Bahkan beliau mempunyai hubungan pertalian keluarga dengan
beberapa wali, yaitu mertua dari Sunan Giri dan besanan dengan Sunan
Ampel. Atas kharismanya tersebut, Mbah Bungkul diangkat menjadi Sultan
dan dianggap pemimpin bagi masyarakat Desa Bungkul.
Di dalam kompleks Makam Sultan Bungkul sendiri terdapat beberapa bagian, bagian utama berisi Makam Sultan Bungkul yang bersanding dengan beberapa makam dari keturunannya. Sementara di bagian luar juga terdapat banyak makam. Menurut penjaga makam, di bagian luar merupakan makam yang diperuntukkan bagi para pengikut Sultan Bungkul.
Berlokasi di
Jalan Progo, Surabaya, pada hari-hari tertentu, seperti malam Jumat
sampai Minggu pagi, Makam Sultan Bungkul kerap didatangi para peziarah
yang bahkan datang dari luar daerah. Dirto, salah seorang pengunjung
mengungkapkan, dirinya datang sengaja dari Gersik untuk berziarah ke
Makam Sultan Bungkul. “Saya berdoa kepada Allah, bukan kepada makam.
Mengunjungi makam hanya bentuk penghormatan saja,” begitu tutur Dirto
melanjutkan.
Setiap tahun di bulan Juni Makam Sultan Bungkul
mengadakan haul wafatnya Sultan Bungkul. Dalam kegiatan tersebut digelar
pengajian, ceramah, dan makan bersama sebagai ungkapan rasa syukur atas
anugerah Tuhan. Makam Sultan Bungkul merupakan salah satu situs heritage
dari begitu banyak situs lainnya yang dimiliki Indonesia. Kekayaan
warisan budaya yang perlu dijaga dan dirawat, sebagai ciri bangsa yang
besar dan bangsa yang tidak lupa dengan sejarahnya.
Sumber : www.indonesiakaya.com
0 komentar:
Posting Komentar